Cari Uang dari Internet ?, KAD solusinya. PTC Tertua, Terpercaya dan Terbaik Di Indonesia

Popular 1:1 Traffic Exchange

Selasa, 26 Mei 2009

TEKNIK PEMBERIAN PAKAN

Bagaimana teknik pemberian Pakan ?

Pakan merupakan sumber energi yang diperlukan untuk kelangsungan hidup bagi ikan yang dibudidayakan, pakan juga dibutuhkan untuk menghadapi tekanan lingkungan yang kurang ideal, bertahan hidup, pertumbuhan serta untuk reproduksi.

Dalam budidaya secara intensif, pakan menjadi salah satu kunci untuk mencapai suatu keberhasilan. Lebih dari 60% biaya produksi tersedot untuk pembelian pakan, sehingga pengelolaan pakan haruslah dilakukan dengan tepat dan cermat. Mulai dari pemilihan jenis, ukuran dan merek pakan, cara pemberian, frekuensi serta jumlah pakan yang diberikan juga harus dilakukan dengan hati-hati. Kesalahan dalam pengelolaan pakan akan menyebabkan kegagalan dalam usaha budidaya secara keseluruhan.

Berbagai merek pakan sudah ditawarkan pabrikan pakan, tetapi secara umum jenisnya hanya ada dua macam yaitu pakan tenggelam dan pakan terapung. Pakan tenggelam harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan yang terapung, akan tetapi dibutuhkan kesabaran dan waktu yang lebih lama untuk memberikannya ke ikan. Pakan terapung diyakini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan pakan tenggelam, diantaranya saat diberikan pada ikan, pakan dapat dilihat dengan jelas sehingga kita bisa tahu persis apakah pakan yang kita berikan benar-benar dimakan ikan atau tidak, jumlahnya sudah cukup, masih kurang atau malah sudah berlebihan ?. Belum lagi cara pemberiannya relatif lebih praktis dan tidak membutuhkan waktu yang lama asalkan happa yang kita pasang dalam jaring berfungsi dengan sempurna sehingga pakan tidak ada yang keluar dari jaring.

Dalam hal ukuran diameter pakan, pabrikan sudah membuat sesuai kebutuhan konsumen mulai yang paling halus untuk keperluan benih yang baru menetas hingga yang relatif besar untuk pakan indukan. Namun karena bibit yang digunakan dalam karamba jaring apung ini sudah relatif besar yaitu minimal 10 gram/ekor maka pakan yang digunakan bisa langsung dimulai dengan yang diameter 3 mm. Pakan ukuran 3 mm ini bisa digunakan hingga ikan mencapai ukuran 150 gram/ekor. Setelah bobot ikan mencapai lebih dari 150 gram/ekor, sebaiknya ukuran pakan kita ganti dengan ukuran diameter 5 mm dan pakan ini bisa kita pakai hingga ikan siap panen.

Agar pakan yang diberikan tidak keluar dari jaring karamba, maka pada semua sisi bagian dalam jaring sedalam satu meter hingga setengah meter diatas permukaan air dipasang “damper” yang dibuat dari waring hitam (happa). Usahakan pemasangan happa ini cenderung agak membulat agar pakan tidak mengumpul di setiap pojokan karamba. Tambatkan happa tersebut pada bagian atas dan bawah jaring sehingga happa persis menempel pada jaring .

Untuk mengetahui reaksi ikan terhadap pakan yang diberikan, sebaiknya pemberian pertama kali cukup dalam jumlah yang sedikit saja. Perlu diingat bahwa reaksi ikan terhadap pakan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Antara hari ini dan keesokan harinya reaksi ikan bisa sangat berbeda. Apabila reaksi ikan baik maka pemberian pakan bisa dilanjutkan, akan tetapi bila ikan kurang tanggap terhadap pakan yang diberikan maka sebaiknya tunda pemberian pakan hingga beberapa saat sambil kita lihat perkembangan reaksi ikan. Ikan yang mau makan ditandai dengan pergerakan memutar ataupun banyak yang muncul ke permukaan air. Bila kita mendekat, ikan cenderung mengejar ke arah kita.

Jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan jumlah dan ukuran ikan, secara gampangnya berikanlah pakan setiap kali ikan kelihatan sudah lapar dan hentikanlah pemberian pakan segera sebelum ikan kekenyangan. Ikan yang kenyang reaksinya akan lamban dan bila pakan yang diberikan sudah berlebihan maka pakan tersebut akan mengambang di permukaan air dan kemudian akan mengembang. Pakan yang sudah mengambang lebih dari 15 menit diyakini sudah turun kualitas atau kandungan gizinya.

Frekuensi pemberian pakan juga sangat dipengaruhi oleh ukuran ikan dan kondisi lingkungan, namun secara umum ikan yang kecil frekuensinya lebih sering dibandingkan dengan ikan yang lebih besar. Demikian pula dengan lingkungan, kondisi lingkungan yang mendukung butuh frekuensi pemberian pakan yang lebih sering.

Secara kasat mata, pengaruh manajemen pakan yang baik akan tampak pada ikan. Pengelolaan pakan yang baik akan menghasilkan ikan yang sehat, cepat besar,kematian yang rendah, waktu pemeliharaan yang lebih singkat dan konversinya (FCR) rendah. Kesemuanya ini tentulah akan menguntungkan petani.

Senin, 25 Mei 2009

IKAN KARPER (Cyprinus carpio)

Di Indonesia, ikan karper memiliki beberapa nama sebutan yakni ikan mas, kancra, tikeu, tombro, raja, rayo, ameh atau nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya. Berdasarkan klasifikasi ilmiahnya, ikan ini termasuk Kerajaan: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Actinopterygii, Ordo: Cypriniformes, Familia: Cyprinidae, Genus: Cyprinus dan Spesies: carpio. Sehingga Ikan karper ini dalam Bahasa Latin dikenal dengan nama Cyprinus carpio

1. Sistematika dan Morfologi
Ahli perikanan Dr. A.L Buschkiel dalam RO. Ardiwinata (1981) menggolongkan jenis ikan karper menjadi dua golongan. Golongan pertama yaitu jenis ikan karper yang bersisik normal dan golongan kedua yakni jenis kumpai yang memiliki ukuran sisrip memanjang. Golongan pertama yakni yang bersisik normal dikelompokkan lagi menjadi dua kelompok yakni; kelompok pertama ikan karper yang bersisik biasa dan kelompok kedua yaitu ikan karper yang bersisik kecil.

Sedangkan Djoko Suseno (2000) mengelompokkan ikan ini berdasarkan fungsinya menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan ras-ras ikan konsumsi dan kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias.

Ikan karper sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni ras ikan karper bersisik penuh dan ras ikan karper bersisik sedikit. Kelompok ras ikan karper yang bersisik penuh adalah ras-ras ikan karper yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan karper yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah ikan karper majalaya, ikan karper punten, ikan karper si nyonya dan ikan karper merah atau mas. Sedangkan yang tergolong dalam ras karper bersisik sedikit adalah ikan karper kaca yang oleh petani di Tabanan biasa disebut dengan nama karper gajah. Untuk kelompok ras ikan karper hias, beberapa di antaranya adalah karper kumpay, kaca, mas merah dan koi.

Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya.

2. Sejarah Perkembangannya di Indonesia
Menurut Djoko Suseno (2000), ikan karper yang pertama kali masuk ke Indonesia berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan budi daya yang sangat penting.

Sementara itu, menurut R.O Ardiwinata, (1981) ikan karper yang berkembang di Indonesia diduga awalnya berasal dari Tiongkok Selatan. Disebutkan, budi daya ikan karper diketahui sudah berkembang di daerah Galuh (Ciamis) Jawa Barat pada pertengahan abad ke-19. Masyarakat setempat sudah menggunakan kakaban - subtrat untuk pelekatan telur ikan karper yang terbuat dari ijuk - pada tahun 1860, sehingga budi daya ikan karper di kolam di Galuh disimpulkan sudah berkembang berpuluh-puluh tahun sebelumnya.

Menurut Djoko Suseno (2000), ada dua jenis ikan karper yakni jenis gajah dan kaca khusus didatangkan dari negeri Belanda. Kedua jenis karper tersebut sangat digemari oleh petani karena rasa dagingnya lebih sedap, padat, durinya sedikit dan pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan ras-ras lokal yang sudah berkembang di Indonesia sebelumnya.

Pada tahun 1974, Indonesia mengimpor kembali ikan karper ras Taiwan, ras Jerman dan ras fancy carp masing-masing dari Taiwan, Jerman dan Jepang. Sekitar tahun 1977 Indonesia mengimpor ikan karper ras yamato dan ras koi dari Jepang. Ras-ras ikan karper yang diimpor tersebut dalam perkembangannya ternyata sulit dijaga kemurniannya karena berbaur dengan ras-ras ikan karper yang sudah ada di Indonesia sebelumnya sehingga terjadi persilangan dan membentuk ras-ras baru.

3. Syarat dan Kebiasaan Hidup
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas terkadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang mempunyai kadar garam 25-30%o.

Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.

4. Perkembangbiakan
Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan mas Bering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air.

Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.

5. Jenis-jenis Ikan Karper
Saat ini, banyak sekali jenis ikan karper yang beredar di kalangan petani, baik jenis yang berkualitas tidak terlalu tinggi hingga jenis unggul. Setiap daerah memiliki jenis ikan mas favorit, misalnya di Jawa Barat, ikan mas yang paling digemari adalah jenis ikan mas majalaya. Di daerah lain,jenis ini belum tentu disukai, begitu juga sebaliknya. Perbedaan tersebut biasanya dipengaruhi oleh selera masyarakat dan kebiasaan para petani yang membudidayakannya secara turun-temurun.

Dari beberapa jenis ikan mas yang telah dikenal masyarakat, varietas majalaya termasuk jenis unggul. Buktinya, varietas ini telah dilepas oleh Menteri Pertanian tahun 1999 dalam rangka HUT ke-25 Badan Litbang Pertanian.

Ikan karper merupakan salah satu komoditas yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan dengan karamba jaring apung. Keunggulan kompetitif ikan karper yang dipelihara di karamba jaring apung jika dibandingkan dengan yang dipelihara pada kolam pada umumnya adalah rasa yang lebih gurih dan tidak tercemar bau tanah/lumpur.

Minggu, 24 Mei 2009

JAMBAL SIAM (Pangasius Suchi)

Jambal Siam atau di Indonesia dikenal juga dengan nama Lele Bangkok adalah jenis ikan air tawar yang biasa hidup di sungai-sungai, kolam dan rawa-rawa di Tailand. Sebagai ikan yang biasa hidup liar, mulanya ikan ini sulit dibudidayakan. Namun setelah dapat beradaptasi dengan lingkungan kolam buatan, pemijahannya kini sudah bisa berhasil. Dilihat dari kebiasaan makannya, pangasius tergolong dalam jenis Carnivor dan menyukai berbagai jenis pakan alami seperti zooplankton. Akan tetapi dalam budidayanya kini pangasius juga sudah diberi pakan buatan berupa pelet yang kaya protein.

Pada awalnya, saat pertama kali diimpor ke Indonesia bahkan hingga kini jenis ikan Pangasius Sutchi ini dijadikan sebagai ikan hias. Namun di Negara asalnya (Thailand), sebenarnya ikan ini sudah lama dikenal sebagai ikan konsumsi dan sudah membudaya di masyarakat

Sebagai ikan hias, ikan ini cukup banyak digemari para penghoby karena warnanya yang cukup indah serta bentuk tubuhnya yang unik mirip ikan hiu. Tak heran jika ikan ini juga dikenal dengan sebutan Siamese Shark atau Hiu Siam. Namun di Thailand dalam bahasa sehari-hari ikan ini sering disebut dengan “Pla Sawai”.

Saat ini di Indonesia-pun pangasius juga sudah banyak ditemukan di pasar sebagai ikan konsumsi, bahkan di daerah Jawa tengah penggemar ikan ini sudah cukup banyak. Tidaklah terlalu mengherankan karena rasa dagingnya memang cukup gurih dan lezat.

Tidak hanya di Thailand, sebenarnya ikan jenis ini sudah lama ada di Indonesia namun spesiesnya berbeda. Ada dua spesies pangasius yang terdapat di Indonesia yaitu Pangasius pangasius dan Pangasius polyurandon. Beda kedua jenis pangasius ini hanya terletak pada bentuk kepala dan sirip punggungnya. Pangasius pangasius kepalanya lebih besar dan bentuknya menyerupai segitiga, sedangkan Pangasius polyurandon kepalanya lebih kecil dan bentuknya agak bulat. Pada bagian sirip punggungnya, Pangasius pangasius terdapat patil yang berupa duri keras, sedangkan pada sirip punggung Pangasius polyurandon tidak terdapat patil.

Bila dibandingkan dengan Pangasius sutchi, kedua jenis Pangasius asli Indonesia yang banyak terdapat diperairan Sumatra ini relatif lebih sulit dipijahkan. Karena sangat liar dan sulit beradaptasi sehinga sulit matang gonad jika dipelihara di kolam. Akan tetapi akhir-akhir ini sudah ada yang berhasil membudidayakannya.

Pangasius sutchi mempunyai peluang dan potensi yang cukup baik untuk dikembangkan dengan budidaya dalam karamba jaring apung, karena ikan ini mempunyai syarat hidup yang mudah yaitu tahan terhadap kadar Oksigen terlarut dalam air (DO) yang rendah, tidak memerlukan air deras dan cukup tahan terhadap penyakit.

Sabtu, 23 Mei 2009

NILA MERAH (Oreochromis sp.)

Menurut klasifikasinya, nila merah (Oreochromis sp.) termasuk kedalam Ordo Percomorphi, Famili Cichlidae dan Genus Oreochromis. Ikan ini berkembangbiak dengan cara mengerami telur dan mengasuh anaknya dalam mulut (maternal mouth brooders).

Nila merah merupakan salah satu jenis ikan air tawar hasil persilangan antara Oreochromis mossambicus albino yang berwarna merah oranye dengan Oreochromis niloticus atau Oreochromis aureus. Nila merah yang kita kenal biasanya mempunyai warna tubuh kemerah-merahan atau kuning keputih-putihan.

Dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya, nila merah mempunyai beberapa kelebihan untuk dibudidayakan. Kelebihan tersebut antara lain pertumbuhannya cepat, mudah berkembangbiak, tahan terhadap penyakit, mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dan mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik. Disamping itu ikan ini juga mempunyai warna yang menarik, cenderung untuk memakan semua makanan yang tersedia di sekitarnya dan keturunannya dominan berjenis kelamin jantan. Kelebihan lainnya yaitu warna daging putih, rasa daging enak, gurih dan lezat serta hanya terdapat sedikit tulang, itulah sebabnya ikan ini sudah banyak diekspor ke luar negeri dalam bentuk fillet beku.

Nila merah yang sudah dewasa dapat dibedakan dengan mudah antara yang jantan dengan betina. Nila merah jantan mempunyai bentuk tubuh yang relatif tinggi, lubang genital hanya satu yang berupa tonjolan agak meruncing yang berfungsi sebagai alat pengeluaran urine dan sperma. Sedangkan nila merah betina mempunyai bentuk tubuh yang lebih rendah dan mempunyai dua lubang genital yang berupa tonjolan agak membundar. Kedua lubang genital tersebut masing-masing berfungsi untuk mengeluarkan urine dan telur.

Nila merah jantan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dan dapat mencapai ukuran yang lebih besar bila dibandingkan dengan yang betina. Hal ini disebabkan karena nila merah jantan lebih agresif dan rakus bila dibandingkan dengan yang betina, sehingga dalam persaingan untuk mendapatkan makanan yang jantan selalu menang. Selain itu, proses kematangan seksual nila jantan lebih lambat daripada yang betina sehingga energi yang diperoleh sepenuhnya dapat digunakan untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, pembudidayaan nila merah jantan secara tunggal kelamin merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi budidaya.

Jumat, 22 Mei 2009

IKAN YANG DIPELIHARA

Jenis Ikan apa sajakah yang cocok untuk dibudidayakan dalam Karamba Jaring Apung ?

Beberapa jenis ikan seperti golongan Oreochromis, golongan cyprinus, golongan Catfish dan jenis ikan lainnya sudah banyak dicoba dibudidayakan dalam karamba jaring apung. Termasuk ke dalam golongan oreochromis yaitu; nila lokal/nila hitam, mujair, nila aurea dan nila merah. Sedangkan dari golongan cyprinus diantaranya; ikan mas/karper/tumbro, tawes, dan grace carp. Golongan Catfish yang sangat populer diantaranya; lele lokal, lele dumbo dan jambal. Selain ketiga golongan tersebut ikan yang sudah dicoba untuk dipelihara dalam karamba jaring apung yaitu ; gurame, bawal air tawar hingga ikan malas. Akan tetapi disini saya akan mengupas 3 jenis ikan yang paling banyak dibudidayakan dalam karamba jaring apung. Ketiga jenis tersebut yaitu : Nila Merah (Oreochromis sp), Ikan Mas (Cyprinus Carpio) dan Jambal Siam(Pangasius Sutchi).

Kamis, 21 Mei 2009

MEMBUAT JARING

Bagaimana cara membuat jaring ?

Pembuatan jaring harus disesuaikan dengan bentuk kerangkanya, apabila kita menggunakan kerangka bundar maka kita juga harus membuat jaring yang berbentuk bundar. Demikian pula kalau kerangkanya persegi atau bujur sangkar, jaring yang kita buat juga harus sama yaitu persegi atau bujur sangkar pula.

Bahan jaring yang sudah setengah jadi tetapi masih berbentuk lembaran hasil pabrikan sudah banyak tersedia di pasaran. Kita tinggal memilih yang sesuai dengan keinginan kita. Jaring yang sering digunakan untuk karamba biasanya terbuat dari bahan Poly Ethelene (PE) dengan berbagai ukuran mata jaring dan jumlah serabut penyususnnya.

Untuk bibit yang baru tebar hingga ikan mencapai ukuran sekitar 200 gram/ekor biasanya digunakan jaring dengan ukuran mata satu inchi, bahannyapun biasanya hanya PE D9 hingga D12 yang berarti benang jaring tersebut tersusun dari 9 hingga 12 serabut. Sedangkan untuk ikan-ikan yang sudah lebih besar dari 200 gram/ekor hingga ikan tersebut siap panen sebaiknya menggunakan jaring dengan ukuran mata dua inchi dari bahan PE D12 hingga D15. Hal ini dilakukan karena ukuran ikan yang dipelihara sudah cukup besar dan biomassa ikan dalam karamba sudah cukup tinggi.

Untuk karamba yang berbentuk bujur sangkar dengan ukuran sisi-sisinya 6 meter, paling tidak dibutuhkan bahan jaring sepanjang 30 meter. Tetapi akan lebih baik kalau kita gunakan 36 meter jaring. Biasanya bahan jaring yang tersedia dipasaran terdiri dari sekitar 300 mata jaring, untuk jaring dengan ukuran mata satu inchi sebaiknya bahan tersebut langsung digunakan. Lain halnya kalau bahan jaring dengan ukuran mata dua inchi, bahan tersebut sebaiknya dibelah menjadi dua bagian terlebih dahulu.

Cara membuat jaring berbentuk bujur sangkar dengan ukuran sisi-sisinya 6 meter sangatlah mudah, kita potong bahan sepanjang 24 meter sebagai dinding karamba lalu dijahit sehingga menyerupai sarung. Jaring yang sudah berbentuk sarung tersebut kita bagi menjadi 4 bagian lalu diberi tanda untuk dijadikan pojokannya. Potong lagi bahan jaring yang baru sepanjang 6 meter untuk dijadikan lantai jaring. Dari potongan terakhir ini kita akan dapatkan empat sudut, lalu pasangkan keempat sudut tersebut dengan empat pojokan sarung yang sudah kita beri tanda tadi dan gabungkan dengan cara menjahitkan semua sisi dasar jaring tersebut dengan sisi bawah dinding jaring. Kalau cara jahitnya benar maka akan kita dapatkan kelambu terbalik. Pada pinggiran bidang atas kelambu tadi kita beri tali ris. Sebaiknya tali ris ini berbentuk tali nylon yang juga terbuat dari bahan Poly Ethelene (PE) yang diameternya 6 mm, tali ris ini berfungsi untuk menambatkan jaring ke kerangka karamba.

Karena ukuran jaring ini sama dengan ukuran kerangka karambanya, maka jaring akan tertarik secara maksimal saat dipasangkan. Hal ini menyebabkan bukaan mata jaring tidak dapat sempurna, sehingga sirkulasi air di dalam karamba juga tidak dapat berjalan dengan sempurna.Untuk mengatasi hal ini maka setiap sisi jaring tadi harus ditambah satu meter, dengan demikian bahan pembuat dinding karamba membutuhkan 28 meter bahan jaring. Sedangkan sebagai dasarnya dibutuhkan 8 meter bahan sehingga jaring yang terbentuk bisa lebih sempurna.

Rabu, 20 Mei 2009

KONSTRUKSI KARAMBA

Bagaimana konstuksi Karamba yang sesuai dengan lingkungan tertentu ?

Hampir tidak ada standarisasi konstruksi pada system budidaya karamba jaring apung ini. Bentuk dan ukurannya sangat bervariasi disesuaikan dengan lingkungan yang tersedia. Bahan baku kerangkanya juga sangat bervariasi, umumnya kerangka yang digunakan terbuat dari besi pipa, bambu, kayu atau kombinasi ketiganya.

Bentuk karamba jaring apung ada bermacam-macam, ada yang berbentuk segi enam, empat persegi panjang, bujur sangkar bahkan bundar. Namun dua bentuk terakhirlah yang paling banyak digunakan pada perairan-perairan umum.

Untuk membuat kerangka karamba bundar biasanya digunakan bahan semacam campuran antara pipa PPC, PE dan karet yang di dalamnya diisi busa (streoform). Kerangka ini sekaligus merupakan bahan pelampung karamba sehingga dengan kerangkan semacam ini tidak diperlukan lagi drum-drum pelampung. Sedangkan kerangka karamba bujur sangkar biasanya digunakan pipa besi yang sudah banyak tersedia di pasaran dengan ukuran panjang sisi-sisinya sekitar 6 meter, namun bila menggunakan bahan ini masih diperlukan drum-drum sebagai pelampungnya.

Sebagai jalan atau jembatan untuk memberi makan ikan-ikan yang dipelihara biasanya digunakan bambu-bambu yang disusun rapi atau diikat dengan tali sehingga membentuk jembatan, namun akan lebih praktis dan baik lagi kalau jembatan ini juga terbuat dari kayu/papan.

Untuk menyimpan pakan sebagai stok sementara sebelum diberikan pada ikan maka perlu dibuatkan rumah phonton, rumah ini sekaligus digunakan sebagai tempat beristirahat pekerja karamba. Bahan pembuat rumah ini sebaiknya menggunakan bahan yang ringan tetapi relatif tahan terhadap air seperti ; seng, fiber atau bahan lainnya. Gunakan drum pelampung yang lebih banyak pada rumah ini agar daya tampungnya menjadi besar.

Biasanya satu rumah phonton yang berukuran sekitar 4 m x 4 m mampu menyimpan hingga satu ton pakan. Stock pakan sebanyak ini cukup untuk memenuhi kebutuhan 10 hingga 12 petak karamba bujur sangkar yang berukuran 6 m x 6 m dalam sehari. Ini kalau kita memelihara ikan secara intensif, sedangkan kalau hanya semi intensif maka pakan sebanyak itu cukup untuk jatah seminggu.

Selain jembatan, akan lebih baik kalau di sisi kiri-kanan jembatan tersebut kita buatkan pagar pengaman. Pagar ini bisa kita buat dari bahan besi pipa disatukan dengan kerangka karamba. Pagar ini sangat penting untuk pengamanan tenaga kerja disamping juga bisa digunakan sebagai tempat menambatkan tali net beserta penutupnya.

Selasa, 19 Mei 2009

PEMILIHAN LOKASI

Dimanakah Budidaya Ikan dengan Karamba Jaring Apung Cocok untuk Diterapkan ?

Pada dasaranya semua perairan yang kedalamannya mencukupi dapat digunakan untuk budidaya ikan dengan karamba jaring apung, namun umumnya teknik budidaya yang satu ini diterapkan pada perairan umum alami yang justru kurang praktis untuk budidaya dengan menggunakan system budidaya yang lainnya.

Perairan umum tawar seperti ; waduk, danau, situ, tebat, empang dan sungai atau perairan umum payau seperti ; muara sungai bahkan perairan laut seperti ; pantai, air pasang surut, laguna laut dan teluk dapat digunakan sebagai tempat untuk budidaya ikan dengan karamba jaring apung. Kebanyakan dari perairan-perairan umum tersebut produksi ikannya sangat rendah akibat sering digunakan sebagai daerah penangkapan. Dengan menjadikannya sebagai daerah budidaya maka produksi ikan akan dapat ditingkatkan.

Lingkungan perairan yang cocok untuk pengembangan system budidaya dengan karamba jaring apung adalah semua perairan yang mampu menyangga kesehatan ikan. Namun demikian, perairan yang bebas polusi dan miskin hara adalah merupakan lingkungan yang paling cocok untuk digunakan. Selain itu, air yang bening ataupun hijau disebabkan plankton dan tidak banyak lumpurnya akan sangat mendukung budidaya dengan system ini. Sementara itu, air yang berwarna coklat seperti kebanyakan air di rawa-rawa kurang baik untuk usaha budidaya.

Dalam memilih lokasi budidaya, hal-hal yang perlu diperhatikan meliputi : perubahan tinggi permukaan air, pola tiupan angin serta arah dan kecepatan arus air.
Perairan yang permukaannya relatif stabil akan lebih baik dibandingkan dengan yang terlalu berfluktuatif. Kedalaman air minimal yang harus dipenuhi yaitu 50 cm lebih dalam dibandingkan dengan karambanya.

Pola tiupan angin mutlak diketahui, pola yang teratur akan lebih baik dan akan membantu kita dalam menentukan penempatan karamba. Pola tiupan angin ini biasanya sejalan dengan arah arus air. Penempatan karamba harus searah dengan pola angin dan arus air, sehingga karamba tidak cepat rusak. Apabila tiupan angin terlalu kencang ataupun arus air terlalu deras maka kita dapat memilih daerah teluk yang agak terlindung untuk menempatkan karamba. Namun demikian, apabila kita tetap ingin memilih lokasi yang tiupan anginnya kencang maka konstruksi karamba harus disesuaikan.

Selain hal-hal diatas, perlu diingat pula bahwa daerah penempatan karamba jaring apung haruslah terbebas dari tumbuhan air dan pemangsa ikan seperti biawak, ikan buas serta pemangsa ikan yang lainnya. Lebih jauh dari itu, sebaiknya lokasi penempatan karamba ini mudah dijangkau dengan kendaraan karena hal ini sangat penting untuk mengangkut pakan dan prasarana yang lainnya disamping juga untuk pengangankutan hasil panen.

KARAMBA JARING APUNG

Apakah karamba jaring apung itu ?

Karamba jaring apung adalah sebentuk wadah yang dilayangkan di dalam air. Wadah itu, semua sisi dan dasarnya diselubungi oleh jaring yang berfungsi untuk menahan ikan di dalamnya tetapi masih memungkinkan terjadinya pertukaran air secara bebas. Pertukaran air ini diperlukan untuk mendapatkan air yang masih sehat dan segar serta memungkinkan keluarnya hasil ekskresi ikan sehingga tidak meracuni ikan yang dipelihara di dalamnya.

Jaring yang digunakan haruslah terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama serta tidak menggesek atau melukai ikan sehingga ikan yang dipelihara tidak stres. Untuk membuka rangkaian jaring tersebut, pada permukaan air dibuatkan kerangka dari besi pipa, bambu atau bahan lain yang dilengkapi dengan pelampung drum.

Sebagai pemberat jaring, dapat digunakan bandul-bandul kecil yang terbuat dari bola plastik atau botol bekas air mineral 1500ml dan di isi pasir atau cor. Pemberat ini berfungsi sebagai pembuka jaring di dalam air sehingga volume karamba menjadi maksimal. Agar karamba jaring apung tetap berada di posisinya dan tidak bergeser akibat terpaan angin atau ombak, maka rangkaian karamba tersebut harus diberi bandul besar atau jangkar.

Bentuk dan ukuran karamba jaring apung harus sesuai dengan lokasi yang tersedia disamping juga disesuaikan dengan kebutuhan. Pada umumnya karamba jaring apung berbentuk bujur sangkar, namun demikian di beberapa tempat dapat pula kita temukan karamba bentuk lain seperti persegi panjang,. segi enam bahkan bundar sekalipun. Demikian pula dengan ukurannya, mulai dari volume 1 m3 hingga 100 m3 bahkan lebih besar lagi, akan tetapi karamba yang kecil akan lebih mudah pengelolaannya.

Salah satu kelebihan budidaya ikan dengan menggunakan karamba jaring apung ini bila dibandingkan dengan teknik budidaya ikan yang lainnya adalah teknik ini bukan merupakan pesaing, bahkan bersifat pelengkap bagi teknik budidaya ikan yang lain misalnya budidaya mina padi.

Budidaya ikan dalam karamba jaring apung dapat diterapkan pada hampir semua jenis ikan yang sudah biasa dibudidayakan. Teknik budidaya ini juga dapat diterapkan pada perairan umum alami seperti waduk, danau, sungai, muara sungai, pantai, aliran pasang surut, laguna laut, teluk dan perairan umum lainnya yang biasanya kurang praktis untuk diterapkan dengan teknik budidaya ikan yang lainnya.

Kelebihan yang lain adalah secara teknologi relatif sederhana, tidak termasuk proyek padat modal, kontrol ikan dapat dilakukan dengan mudah serta tentu saja secara ekonomis cukup menguntungkan