Cari Uang dari Internet ?, KAD solusinya. PTC Tertua, Terpercaya dan Terbaik Di Indonesia

Popular 1:1 Traffic Exchange

Minggu, 29 November 2009

Coelacanth, Ikan "Bertangan"

Tak butuh waktu lama untuk sebuah kejutan langka, seperti dialami peneliti oseanografi LIPI, Augy Syahailatua, ketika bersama peneliti lain melihat langsung keberadaan ikan purba coelacanth.

Kejutan itu terjadi pada siang hari tanggal 27 Juni 2007 di Malalayang, Teluk Manado, Sulawesi Utara.

Siang terik itu, kapal kayu peneliti baru sekitar 30 menit bergerak dari pantai Kota Manado. Kurang 500 meter dari tepian pantai, wahana bawah laut tanpa awak atau remotely operated vehicle (ROV) menangkap obyek utama penelitian ikan coelacanth. Data ROV mencatat, obyek berada di kedalaman 190,2 meter hingga 195 meter. ”Kami beruntung. Tentu gembira sekaligus terkejut,” kenang Augy.

Kenapa disebut beruntung dan terkejut? Berdasarkan catatan resmi survei biologi museum ilmu kelautan Aquamarine Fukushima, Jepang, pihak yang getol meneliti coelacanth, itulah satu-satunya perjumpaan pada survei lapangan periode 27 Juni-12 Juli 2007. Dari 92 kali pengoperasian ROV (total waktu penyelaman 54 jam 55 menit), hanya terjadi satu perjumpaan selama 32 menit tersebut.

Secara total, ROV yang dibawa tim Aquamarine Fukushima telah merekam delapan kali perjumpaan pada periode tahun 2006-2007. Tahun 2008, tak satu perjumpaan pun terjadi.

Menemukan keberadaan ikan coelacanth memang tidak mudah. Bahkan, bisa dibilang sulit dan berongkos mahal.

Informasi ilmiah menyebutkan, habitat ikan coelacanth berada pada kedalaman lebih dari 180 meter dengan suhu air laut maksimal 18 derajat celsius. Pada perjumpaan 27 Juni 2007, ROV merekam coelacanth sedang berdiam di mulut goa batuan lava bawah laut.

Pergerakan sekaligus sorot lampu ROV tidak mengejutkan coelacanth. Puluhan menit berdiam seperti menggantung di mulut goa, coelacanth kemudian berenang perlahan dan menghilang di antara celah-celah goa.

Selasa, 10 November 2009

KANDIHIN

Enam belas tahun yang lalu, tepatnya Juni hingga Agustus 1993 saya sempat datang ke desa ini dalam rangka menunaikan tugas kampus yakni Kuliah Kerja Nyata. Sungguh sangat berkesan, hingga sampai kapanpun rasanya sulit untuk dilupakan.

Desa Kandihin yang termasuk dalam Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan ini, konon sebelum tahun 1990-an masih sangat terpencil, belum ada jalan raya yang bisa ditemukan sehingga untuk mencapainya kita harus melakukan jalan kaki samapai puluhan kilometer. Namun, pada saat kami datang jalan raya yang menghubungkan antara Kandangan yaitu ibu kota Kabupaten Hulu Hungai Selatan dengan Loksado ibu kota Kecamatan Loksado sedang dalam proses pengaspalan.

Desa Kandihin ini terletak diantara dua sungai, yaitu Sungai Amandit dan anak sungai Kandihin (?) sehingga sangat eksotis dan indah. Penduduknya tidak terlalu ramai, namun keakraban diantara mereka terlihat sangat jelas. Begitu juga penerimaan mereka terhadap kami, mereka sanmgat terbuka, ramah dan sangat bersahabat, tak heran kalau sejak hari pertama kamipun langsung akrab dengan mereka.

Obyek Wisata yang digalakkan disini yaitu rafting, obyek wisata alam yang memanfaatkan aliran Sungai Amandit dengan menggunakan rakit bambu dari kota Kecamatan Loksado hingga ke Kota Kandangan. Disepanjang perjalanan, banyak ditemukan perkampungan. Kita bisa mampir di warung-warung sekitar sungai untuk sekedar melepas lelah sekaligus menikmati makanan khas yang ditawarkan.

Namun, yang sangat berkesan bagi saya adalah ikan-ikan yang ada di Sungai Amandit. Hampir setiap hari kami mencari ikan disini, selain menggunakan jaring atau jala sering pula kami menggunakan senapan ikan lengkap dengan kacamata airnya. Tapi yang lebih berkesan lagi yaitu sehari sebelum rombongan kami berpamitan pulang, masyarakat Desa Kandihin secara bergotong royong mencari ikan dengan menggunakan jaring yang panjangnya sama dengan lebar penampang sungai, agak mirip pukat harimau tetapi tidak mempunyai kantong. Cukup banyak ikan yang berhasil ditangkap pada hari itu, ibu-ibupun sudah siap untuk memasaknya secara bergotong royongpula. Malam harinya, kami makan bersama dalam acara perpisahan...

Terima kasih masyarakat Kandihin semuanya, insya Allah suatu saat saya bisa kembali lagi kesini...