Cari Uang dari Internet ?, KAD solusinya. PTC Tertua, Terpercaya dan Terbaik Di Indonesia

Popular 1:1 Traffic Exchange

Sabtu, 24 Januari 2009

Waduk Gajahmungkur Wonogiri

WADUK Gajahmungkur, merupakan objek wisata yang cukup menarik di Jawa Tengah khususnya di Wonogiri. Sebagaimana fungsi waduk-waduk yang lainnya, selama ini air waduk Gajahmungkur dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik (turbin), untuk pengairan pertanian dan juga merupakan sentra pembudidayaan ikan. Untuk fungsi yang terakhir ini, tak mengherankan kalau kawasan tersebut juga padat dengan aktivitas perdagangan ikan, serta marak warung ikan bakar dengan memanfaatkan hasil tangkapan dan budidaya di waduk.

Pengunjung yang berminat untuk mencari oleh-oleh berupa ikan segar dapat mencari disekitar karamba yakni di Bendorejo, Desa Sendang, Wonogiri. Sayang pasar ikan ini tidak sepanjang hari dibuka, biasanya hanya pagi, siang dan sore hari saja ketika para nelayan baru pulang dari menangkap ikan di waduk. Ditempat-tempat pendaratan nelayan yang lainnya seperti di Wuryantoro juga seringkali menyediakan ikan segar hasil penangkapan nelayan.

Untuk yang hoby memancing, waduk ini merupakan pilihan yang sangat tepat untuk dijadikan sebagai tempat memancing. Selain lokasinya yang mudah dijangkau karena berada tepat dipinggir jalan raya Solo - Pracimantoro, di tempat ini juga tersedia warung-warung yang bukan saja menyediakan makanan tetapi juga menyediakan sarana untuk memancing. 

Bagi pengunjung waduk tersebut, belum lengkap rasanya jika belum menyantap aneka jenis ikan air tawar dengan berbagai cara pengolahannya yang banyak ditawarkan warung-warung makan disekitar waduk. Ikan Bakar dan goreng merupakan menu pavorit sebagian besar pengunjung. Selain ikannya segar, cita rasa yang khas Wonogiri sulit dicari bandingannya di daerah lain. Jenis ikan nila (kakap merapi) dan patin merupakan jenis ikan andalan yang ditawarkan di kawasan itu. 

Namun di balik keunggulan-keunggulan itu, jumlah produksi ikan Waduk Gajahmungkur Wonogiri hingga kini belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi ikan bagi masyarakat Wonogiri sendiri. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut sebagian besar warung di sekitar waduk masih mendatangkan ikan nila dari daerah lain disekitarnya, seperti dari daerah Klaten.

Di waduk ini pada saat ini terdapat tidak kurang dari 13 kelompok nelayan, akan tetapi mereka setahunnya hanya mampu menangkap ikan tidak lebih dari 1000 ton saja. Sedangkan Karamba Jaring Apung milik para petani di Waduk Gajahmungkur sekarang jumlahnya mencapai sekitar 500 petak dengan produksi ikan sekitar 2000 ton per tahun.

Untuk menjaga ketersediaan stok ikan di waduk, hampir setiap tahun pihak Dinas Wanperla Wonogiri bekerjasama dengan masyarakat sekitar telah melakukan penebaran bibit ikan. Sebagian besar hasil ikan dari karamba diperuntukkan guna memenuhi permintaan luar negeri. Karena itu, secara keseluruhan hasil produksi ikan di Waduk Gajahmungkur Wonogiri belum bisa mencukupi kebutuhan konsumsi ikan masyarakat Wonogiri. Selama ini baru bisa mencukupi sekitar 40-50 persennya saja. Untuk warung-warung ikan bakar yang kini banyak ditemukan di sekitar Waduk Gajahmungkur, per hari membutuhkan tidak kurang dari satu ton ikan segar. 

Sabtu, 10 Januari 2009

Ibarat Lobster Kawin dengan Lalat

Ibarat kekasih yang disatukan kembali setelah terpisah bertahun-tahun, dua jenis bakteri usus kembali berkumpul dalam satu populasi. Kedua bakteri tidak hanya kembali hidup bersama di lingkungan yang sama, namun juga melakukan kawin silang membentuk populasi bakteri hibrida yang dapat berkembang menjadi spesies baru.

Adalah bakteri Campylobacter jejuni dan Campylobacter coli yang sama-sama hidup di dalam saluran pencernaan beberapa jenis hewan. Selama ini, keduanya memang diyakini berasal dari satu keturunan namun akhirnya terpisah karena terjadinya adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Masing-masing memilih bagian usus sapi, ayam, atau babi yang berbeda untuk menjadi habitatnya.

Secara fisiologis, keduanya jelas berbeda meskipun secara genetik, kedua bakteri memiliki kemiripan hingga 85 persen. Sebagai perbandingan, manusia dan simpanse saja memiliki kemiripan genetika 98 persen.

"Jadi perkawinan dua jenis bakteri menjadi satu spesies, saya kira sangat mengejutkan. Ini seperti perubahan pola genetika besar-besaran, ibarat lobster kawin dengan lalat," ujar Samuel Sheppard, pakar evolusi mikrobiologi dari Universtas Oxford, Inggris. Temuannya dilaporkan dalam jurnal Science terbaru yang terbit 11 April 2008.

Perubahan lingkungan

Sheppard memperkirakan penyatuan dua jenis bakteri usus ini baru berlangsung dalam beberapa tahun terakhir karena dipicu industrialisasi. Permintaan atas produk hasil ternak begitu tinggi sehingga peternakan melebihi kapasitas normal. 

"Kita sekarang menggabungkan banyak hewan ternak menjadi satu dan karenanya lingkungan hidup bakteri berubah," jelasnya. Misalnya, ayam seringkali tidak dapat membedakan kotoran sesamanya dan makanan sehingga memungkinkan bakteri bercampur di ususnya. Hal ini berlansgung terus-menerus sampai bakteri beradaptasi dengan lingkungan baru.

Bakteri yang memiliki sifat genetika mirip memiliki peluang berhasil melakukan kawin slang lebih besar. bahkan, dalam kasus ini, ternyata melahirkan bakteri hibrida dan mungkin spesies baru.(LIVESCIENCE/WAH)

Lobster Air Tawar Kenali Wajah Lawan

David Paul/Blair Patullo/University of Melbourne
Lobster air tawar Australian (Cherax destructor) tidak hanya suka berkelahi tetapi ternyata masih pilih-pilih lawan untuk berkelahi, ia juga mungkin mengenali wajah-wajah lawannya. Hal tersebut diungkapkan para peneliti Australia yang mempelajari perilaku lobster Australia dari spesies Cherax destructor. 

Selama ini, lobster air tawar dikenal sebagai hewan yang suka berkelahi setiap kali bertemu satu sama lain sehingga peternak harus jeli dan hati-hati mengatur kolam pemeliharaannya. Setelah mengamati beberapa kali konflik tersebut, para peneliti memisahkan lobster-lobster yang kalah.

Masing-masing kemudian dihadapkan kepada dua kelompok lobster, lobster-lobster yang menang dan lobster-lobster baru. Lobster yang menang dibedakan dengan lobster baru dengan pewarna kuning di wajahnya.

Hasilnya, lobster-lobster yang kalah lebih menyukai lawan berkelahi yang sudah dikenalnya daripada lawan baru. Hal tersebut menunjukkan bahwa lobster air tawar dapat mengenali wajah lawannya. 

Bahkan, lobster juga dapat memilih lawan yang sudah dikenalnya meski dihadapkan pada dua lobster lainnya yang kembar identik. Bagi manusia, mengenali perbedaan kembar identik saja termasuk sulit kalau hanya dari melihat wajahnya saja.

"Ini menunjukkan bahwa mereka saling mengamati satu sama lain lebih dari yang kita pikirkan," kata Blair Patullo, pakar hewan dari Universitas Melbourne, Australia, seperti dikutip Livescience, Kamis (6/3). Hasil penelitian dijelaskna lebih rinci dalam jurnal online PLoS ONE edisi 28 Februari. Temuan ini dapat membantu para peneliti mengembangkan sistem pengenal wajah, misalnya pada robot.(LIVESCIENCE/WAH)  

Lobster berusia 140 tahun

BEIJING, -Lobster yang diduga berusia sekitar 140 tahun akan dikembalikan ke samudra lepas setelah menjadi maskot bagi sebuah restoran di New York City.

Menurut laporan Xinhua, Sabtu (10/1) Lobster seberat 9 kilogram itu ditangkap di lepas pantai Newfoundland di Kanada sekitar satu setengah pekan lalu dan dikirim ke New York.

Lobster tersebut dibeli dengan harga 100 dollar oleh City Crab and Seafood untuk dijadikan maskotnya. "Kami membeli satu lobster besar, mulai mengambil gambar bersama anak-anak dan itu sungguh berhasil," kata manajer restoran Keith Valenti.

"Kami tak pernah bermaksud untuk menjual lobster raksasa, hanya bermaksud menarik perhatian ke restoran," kata manajer tersebut.

Lobster tersebut akan dikirim ke Maine dari restoran New York itu oleh pegiat hak asasi hewan dan memungkinkan hewan tersebut kembali ke samudra bebas di sekitar Kennebunkport, tempat penangkapan lobster dilarang.  

"Usia lobster itu dapat diperkirakan dari berapa berat badannya, karena setiap pound berarti sama dengan 7 sampai 10 tahun," kata Valenti.