Cari Uang dari Internet ?, KAD solusinya. PTC Tertua, Terpercaya dan Terbaik Di Indonesia

Popular 1:1 Traffic Exchange

Selasa, 23 Februari 2010

Arowana super red Ikan Hias Terbaik Kebanggaan Indonesia


Sebagai ikan purbakala, Arwana memiliki bentuk serta penampilan cantik dan unik. Tubuhnya memanjang, ramping, dan stream-line, sedangkan gerakan berenangnya amat anggun. Selain itu, proses ikan Arwana saat berkembang biak juga mengandung nilai filosofi yang tinggi. Arwana betina tugasnya hanya bertelur. Kemudian, induk jantan memeram dan memelihara telur-telur itu di dalam mulut selama 40 hingga 50 hari sampai menetas.

Popularitas arowana super red benar-benar menanjak beberapa tahun terakhir. Satwa air eksotik asli Indonesia ini mencuat diantara keroyokan ikan hias besutan manca negara macam koi, maskoki, dan louhan. Boleh dibilang sampai saat ini hanya arowana satu-satunya produk lokal yang mampu bersaing dengan ikan hias populer yang dikembangkan di luar negeri untuk jadi The Best Ornamental Fish. Sangat pantas kalau arowana ditahbiskan menjadi Pride of Indonesia - ikan hias kebanggaan nasional.

Tak seperti kebanyakan ikan hias populer lain yang merupakan hasil pengembangan di luar negeri, arowana super red memang penghuni asli hulu Sungai Kapuas di Kalimantan Barat. Hebatnya lagi arowana berkelir merah tersebut adalah varian terbaik sekaligus termahal dari semua keluarga arowana yang tersebar di seluruh dunia. Siluk merah, begitu sebutannya di Kalimantan, termasuk satwa dilindungi dan masuk dalam daftar CITES (Convention of International Trade on Endanger Species of Flora & Fauna) karena ketersediaannya di alam sangat terbatas.

Tetapi dengan izin khusus, arowana super red telah dikembangbiakkan sejak lama di Pontianak dan bisa diperdagangkan secara legal. Syaratnya si ikan naga harus disertai sertifikat dan microchip yang tertanam dalam tubuhnya, sebagai penanda ikan hasil tangkaran. Memelihara arowana pun kemudian bisa memiliki arti ganda. Menghargai produk dalam negeri sekaligus berperan membantu pelestarian ikan langka. Tentunya dengan memelihara arowana yang dilengkapi sertifikat dan bermicrochip.

Pemilik nama latin Scleropages formosus ini sebenarnya tidak pernah ditinggalkan para peminat ikan hias. Sejak mengalami booming pertama kali di tahun delapanpuluhan, arowana super red sebenarnya selalu menjadi satwa kesayangan papan atas di Tanah Air. Namun membanjirnya ikan-ikan impor macam koi, maskoki dan terakhir louhan memang membuat arowana tak terlalu menonjol kala itu. Namun belakangan apresiasi masyarakat semakin meningkat pesat dan menjadi semacam tren hobi baru.

Siluk merah memang punya segudang kelebihan untuk menjadi ikan peliharaan populer. Soal penampilan tak perlu diragukan, gelar sebagai Satwa Pesona Nusantara menjadi tolok ukur. Tengok saja tampangnya yang eksotik, bersisik lebar tersusun rapi menyerupai sisik ular legendaris dalam dongeng. Arowana pun lantas dijuluki sebagai si ikan naga. Ditambah dengan ring sisik berwarna merah - emas menyala membuatnya tampak semakin mewah. Kelir merah ini pula yang menambah keperkasaan dan perlambang kuasa bagi pemiliknya.

Gerakan renangnya yang gagah sekaligus juga anggun menambah daya tariknya. Menimbulkan ketenangan pikiran saat melihatnya berenang dalam akuarium. Karakteristik satwa kesayangan yang dibutuhkan di masa kini yang penuh dengan tekanan pekerjaan yang sangat tinggi. Selain itu, raja dari segala ikan hias ini juga bisa sangat dekat dan berinteraksi dengan pemilik.

Syarat jadi ikan populer lain, yakni kemudahan pemeliharaan juga dipenuhi arowana. Harganya yang cukup mahal masih sering dianggap ikan yang sulit dirawat. Padahal kebutuhan hidupnya sebenarnya relatif sama dengan ikan hias lainnya. Arowana tidak menuntut kondisi lingkungan yang terlalu khusus. Sebagai ikan asli Indonesia dan terbiasa hidup di sungai, arowana terkenal sebagai ikan yang tahan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan. Banyak yang menyebut sang ikan pembawa hoki bagi pemiliknya dan tak kan mudah mati karena penyakit.

Kelebihan lainnya harganya paling stabil diantara jenis ikan hias populer lain. Bahkan menunjukkan tren kenaikan dibandingkan dengan angka inflasi. Sebagai ilustrasi saat dollar senilai dengan seribu rupiah di tahun 80-an, harga arowana 100 ribu rupiah. Saat dollar naik 10 kali lipat, harga arowana lebih tinggi mencapai 50 kali lipat menjadi 5 juta rupiah. Harganya juga cenderung terstandar, kecuali untuk arowana yang punya keistimewaan tambahan dan unik. Bandrolnya akan selalu bertambah tinggi seiring dengan pertambahan umur dan ukuran.

Kelebihan-kelebihan itu membuat jumlah penggemar arowana super red beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Kini si ikan naga tidak hanya menghuni rumah para penggemar ikan hias saja. Masyarakat yang sebelumnya tak tertarik ikan hias juga mulai beramai-ramai memelihara. Naiknya tren pun bisa ditandai dengan munculnya komunitas pecinta arowana di berbagai kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar.

Bermunculan juga milis dan website yang secara khusus membahas hobi memelihara si ikan naga. Anggota komunitas dan mailing list arowana ternyata tidak terbatas pada para lelaki saja, kaum wanita juga cukup banyak. Juga lintas generasi mulai dari kaum tua sampai anak-anak muda. Komunitas-komunitas tersebut juga aktif menggelar kegiatan terutama kontes yang semakin menggairahkan hobi. Aktivitas kelompok pecinta ikan naga banyak dirintis kira-kira tahun 2006 dan semakin lama tambah menjamur.

Naiknya tren hobi ikan yang menjadi simbol kemapanan ini juga nampak dari semakin beragamnya cara pemeliharaan para pecintanya. Dulu arowana hanya dipelihara soliter alias sendirian dalam satu akuarium. Sekarang banyak yang memeliharanya bersama ikan lain (tank mate), juga berkelompok lebih dari 5 ekor dalam satu akuarium (community tank). Model wadah memelihara arowana pun mengalami perkembangan, macam akuarium dinding sampai paludarium, semacam akuarium besar dengan rangka beton yang juga menjadi tren baru.

Kemunculan banyak gerai dan pedagang arowana super red semakin menguatkan fenomena kemunculan tren baru. Bahkan kini muncul PT. Inti Kapuas Arowana (IIKP) Tbk., sebuah perusahaan publik yang terjun di bisnis arowana. Sebuah terobosan yang tak pernah dilakukan di bisnis ikan hias lain di Tanah Air. Selain memiliki tambak penangkaran arowana super red di Pontianak, IIKP juga memiliki jaringan professional shop (pro-shop) yang tersebar di berbagai kota besar untuk melayani jual beli arowana terbaik yang berserifikat dan microchip lengkap dengan after sale service. Proshop dengan nama shelookRED Arowana, dibuka di beberapa lokasi di Jakarta. Juga hadir di Bandung, Solo dan Surabaya.

Apresiasi tinggi dan tren memelihara arowana asli Indonesia bahkan sudah lebih dulu berlangsung di mancanegara seperti Jepang, Thailand, China dan banyak negara-negara Eropa. Sayangnya, cukup banyak kalangan internasional yang belum tahu arowana berasal dari Indonesia. Tak sedikit yang masih menganggap arowana super red adalah ikan hias produk Singapura. Melihat naiknya citra dan apresiasi masyarakat di Tanah Air, nampaknya tak perlu menunggu lama untuk membuat arowana menjadi raja di negeri sendiri. Sekaligus membuka mata dunia bahwa arowana super red adalah ikan asli sekaligus kebanggaan Indonesia.

Minggu, 21 Februari 2010

Indonesia Perlu Patenkan Ikan Arwana Super Red


Pemerintah dan asosiasi disarankan agar segera mematenkan ikan Arwana Super Red (Scleropages formosus) sebagai satwa endemik Taman Nasional Danau Sentarum dan Sungai Kapuas, Kalimantan Barat sehingga tidak diklaim sebagai satwa negara lain.

"Asosiasi dibentuk dulu, baru ikan arwananya dipatenkan agar tidak diakui oleh daerah lain dan negara lain. Karena ikan arwana jenis Arwana Super Red merupakan endemik dari TNBK dan Sungai Kapuas," kata Darori, dari Departemen Kehutanan, seusai membuka Kontes Ikan Arwana se-ASEAN, di Pontianak, Kamis (8/5). Darori datang ke Pontianak terkait dengan "The International Arwana Exhibition and Contest" yang diikuti sekitar 100 peserta di Pontianak Convention Center, 7-11 Mei 2008.

Ia mengharapkan, pematenan ikan arwana jenis Super Red dilakukan oleh asosiasi penggemar ikan itu sendiri, karena kalau hanya pemerintah yang giat mempatenkan ikan tersebut, bisa saja penangkaran ikan arwana yang menjual bebas ikan itu.

Seperti tertuang dalam Kepres No. 43 tahun 1978, Lembar Negara No. 51 tahun 1978 menjelaskan hewan yang dilindungi di Pulau Kalimantan dan Sumatera, jenis ikannya terdiri dari arwana Super Red, Golden Red, Banjar Red, arwana jenis Green (hijau), serta satu-satunya ikan arwana jenis Super Red hanya ditemukan di TNBK dan Sungai Kapuas.

Minggu, 14 Februari 2010

Istri Bolkiah Beli Ikan Arwana di Joglo


Istri Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, Ny Azrinaz Mazhar Hakim, berencana membeli ikan arowana alias arwana di kawasan Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, Rabu (23/4).Sebagai peternak ikan arwana, Sriyadi (42) mengaku gembira akan didatangi Ny Bolkiah. Ia sangat tersanjung terpilih menjadi tuan rumah bagi kunjungan istri Sultan Brunei. "Mungkin beliau mau beli ikan arwana yang di Jakarta, daripada ke Pontianak," ujar Sriyadi saat ditemui di rumahnya, Kompleks DPR Blok K, No 54, Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, Selasa (22/4).

Sekilas, rumah Sriyadi tidak tampak sebagai tempat penangkaran ikan arwana. Namun, ketika pintu garasi dibuka, terlihat puluhan akuarium berisi arwana, mulai dari usia beberapa hari hingga lima tahun. Sarjana ekonomi ini juga memiliki tiga kolam di belakang rumahnya, tempat induk arwana dan puluhan arwana usia sedang. Ia hanya membiakkan arwana jenis Super Red atau dalam bahasa latin disebut Sclerophages Formosus.

Persiapan kunjungan

Ny Bolkiah dijadwalkan tiba di rumah Sriyadi pukul 09.30. Sriyadi mengatakan, dirinya telah diberi tahu rencana kunjungan ini sejak dua minggu lalu. Sabtu (19/4) lalu rumahnya disurvei untuk persiapan kunjungan Ny Bolkiah.

Ny Bolkiah di Jakarta menyertai kunjungan suaminya, Sultan Hassanal Bolkiah. Bolkiah sendiri, kemarin menyempatkan diri bermain bulu tangkis di sela kunjungannya.

Tepat pukul 10.30, Selasa, rombongan tamu negara itu tiba di Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Mereka disambut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono. Kemudian berlangsung pertemuan empat mata antar-kepala negara dan pertemuan bilateral delegasi dua negara, juga di Istana Merdeka. Seusai kunjungan ke istana, Bolkiah main bulu tangkis di Pelatnas Bulu Tangkis, Cipayung, Jakarta Timur.

Saat ini, Sriyadi memiliki sekitar 125 ikan arwana yang berusia di atas dua tahun. Ikan yang populasinya dilindungi pemerintah ini harganya minimal Rp 5 juta per ekor. Sedangkan untuk jenis Golden berkisar Rp 1,2 juta hingga Rp 3 juta. Untuk jenis Banjar atau Irian hanya berkisar Rp 100.000 per ekor.

"Padahal biaya makan dan perawatannya sama, jadi saya lebih milih bisnis arwana jenis Super Red," ujar pria kelahiran Klaten itu.

Suami Ari Aniswati itu sudah sering mengekspor ikan arwana ke negara-negara di Asia, seperti Jepang, Taiwan, RRC, Thailand, dan terbanyak ke Singapura. Sriyadi pernah menjual arwana paling mahal seharga Rp 65 juta. "Kalau arwana laku Rp 50 juta sudah sering," tuturnya.

Sriyadi tidak menyangka Ny Bolkiah bakal menjadi salah satu pelanggannya. "Setahu saya, beliau melihat di internet. Kalau pakai search engine, website saya (www.citraarowana.com) biasanya langsung muncul," tutur bapak dua anak itu.

Sejumlah pembantu rumah tangga dan karyawan Sriyadi, kemarin merapikan ruangan rumah, mengepel lantai, dan membersihkan akuarium. Sriyadi mempersiapkan penyambutan secara baik, meski belum tahu Ny Bolkiah akan membeli arwana yang mana. Ia menyediakan berbagai jenis arwana berumur sedang hingga usia 5 tahun yang termahal seharga Rp 100 juta.

Pria yang berbisnis arwana sejak 2002 ini mengatakan, dalam setahun ia bisa menjual 250 hingga 300 ekor arwana. Para pelanggannya kebanyakan dari kalangan penggemar ikan hias. "Kalau jualan arwana sulit dihitung secara matematik. Kadang sebulan nggak ada yang beli, tapi ada yang sekali beli 50 ikan," tuturnya.

Setiap ikan yang dijual Sriyadi memiliki microchip yang ditanam dalam dagingnya. Sebab, setiap ikan arwana yang lahir dari telur harus didaftarkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Departemen Kehutanan. Penanaman microchip itu disertai dengan penerbitan sertifikat arwana.

Data ikan kemudian dapat diketahui dengan menyalakan alat yang dinamakan reader, mirip pembaca barcode untuk barang industri. "Jadi, populasi arwana bisa diketahui pemerintah, kalau pakai reader nggak keluar angka, berarti ikan itu nggak ada sertifikatnya," jelasnya. Penanaman chip baru dilakukan setelah ikan memiliki panjang minimal 20 cm.

Rabu, 10 Februari 2010

Isteri Sultan Brunei Minati Arwana Rp 100 Juta


Permaisuri Sultan Hassanal Bolkiah, Azrinaz Mazhar Hakim, berminat membeli ikan arowana atau arwana jenis Super Red seharga Rp 100 juta, saat mengunjungi tempat penangkaran ikan hias itu di rumah Sriyadi (42), Kompleks Perumahan DPR Blok K No 54, Joglo. Kembangan, Jakarta Barat, Rabu (23/4).

Ny Bolkiah tiba di rumah Sriyadi pukul 09.30 WIB bersama 30 anggota rombongan, termasuk sejumlah istri menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), dan dikawal Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Tamu negara yang mengaku menyenangi ikan hias ini melihat-lihat sekitar 260 ekor arwana, baik yang ada di akuarium maupun di tiga kolam di belakang rumah Sriyadi. Ia mengaku sangat terkesan melihat penangkaran
ikan yang populasinya dilindungi pemerintah ini.

Kepada tamunya, Sriyadi menjelaskan proses penangkaran ikan arwana jenis Super Red atau dalam bahasa latinnya Sclerophages formosus. Penangkaran diawali dari perkawinan induk ikan yang berusia lebih dari 10 tahun, dilanjutkan dengan pemeliharaan telur-telur ikan yang telah dierami dalam mulut induknya, hingga pemeliharaan arwana sampai berusia sedang. Sriyadi menyediakan arwana beragam usia, mulai dari satu hingga lima tahun, dan harga yang termahal Rp 100 juta.

Kunjungan Ny Bolkiah ke rumah Sriyadi hanya berlangsung sekitar 20 menit. Pada akhir kunjungan, Sriyadi memberi kenang-kenangan berupa dua foto ikan arwana seharga Rp 100 juta tersebut kepada tamunya. Foto arwana jenis Super Red tersebut berbahan kanvas, berukuran 90 cm x 120 cm. Tepampang juga alamat website Sriyadi, www.citraarowana.com, dalam foto tersebut.

Permaisuri Sultan Brunei baru mengaku tertarik atas ikan arwana jenis Super Red seharga Rp 100 juta tersebut dan belum memutuskan membeli. Menurut Sriyadi, keluarga Sultan Bolkiah akan kembali datang ke rumahnya untuk membeli salah satu ikan arwana dagangannya. "Kata staf Ratu Brunei, akan ditindaklanjuti di kemudian hari," ujarnya.

Jika ikan milik Sriyadi yang harganya Rp 100 juta tersebut terjual, maka akan menjadi arwana termahal yang pernah dijualnya. Sebelumnya, Sriyadi hanya menjual arwana termahal seharga Rp 65 juta. "Saya nggak kasih nama ikan itu. Biasanya pedagang lain memang memberi nama untuk ikan arwana dagangannya, biar harganya naik," katanya.

Ikan arwana berharga Rp 100 juta tersebut panjangnya sekitar 55 cm dengan berat 4 kg. Seluruh sisiknya sudah berwarna merah menyala dan tampak sangat cantik. "Memang tidak punya nama, tapi ikan tersebut maskot Citra Arwana," ujar Sriyadi.

Senin, 08 Februari 2010

33 Arwana Ilegal Disita


Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menyita 33 ekor ikan arwana yang diduga diperdagangkan secara ilegal di Pekanbaru, Riau, Kamis (19/3).

Hal tersebut terungkap setelah petugas BBKSDA Riau bersama tujuh personel Satuan Polisi Kehutanan Reaksi Cepat (SPORC) Brigade Beruang BBKSDA melakukan penggerebekan di sebuah ruko penjual ikan dan perlengkapan pancing Ly`s Akuarium di Jalan Tanjung Datuk No 81 A, Pekanbaru.

Puluhan ikan arwana tersebut ada di dalam akuarium yang diletakkan terpisah dari ikan lainnya yang dipajang di bagian depan toko. Arwana berbagai jenis, seperti golden red, super red, dan silver, tampaknya sengaja disembunyikan pemilik toko di ruangan khusus di bagian belakang ruko.

Pemilik toko sempat merasa keberatan dan marah-marah dengan kehadiran wartawan yang meliput penggerebekan tersebut. Ia bahkan sempat mengatakan akan menuntut salah satu media apabila diberitakan.

Kepala BBKSDA Riau Rachman Siddik mengatakan, terbongkarnya perdagangan arwana ilegal itu adalah hasil dari informasi warga. Pemilik toko itu adalah Edy Hartono dan istrinya Ally yang langsung dibawa ke kantor BBKSDA Riau untuk dimintai keterangan.

"Dari hasil pemeriksaan, pemilik ruko mengatakan, 33 ekor ikan arwana tersebut 14 di antaranya berasal dari Medan dan 19 lainnya didapat dari teman-temannya yang berdomisili di Riau. Arwana ilegal dijual sekitar Rp 25 juta per ekor," katanya.

Menurut Rachman, puluhan ikan itu disita karena pemilik tidak bisa menunjukkan dokumen keberadaan dan sertifikat kepemilikan arwana tersebut. Pemilik toko tersebut, telah melanggar Pasal 21 Ayat 2 UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

"Pemilik dapat dikenakan sanksi pidana penjara paling lama satu tahun dan denda paling banyak Rp 50 juta," ujarnya.

Ia menambahkan, 33 ekor arwana yang disita tersebut untuk sementara tetap dititipkan di ruko karena BBKSDA tidak memiliki tempat penampungan.

Sabtu, 06 Februari 2010

Penangkaran Arwana Caplok Taman Hutan Raya

Dinas Kehutanan Provinsi Riau menyatakan, penangkaran ikan arwana telah mencaplok kawasan konservasi alam di Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Hasim, Riau, sehingga bisnis tersebut dinyatakan ilegal.

"Mereka sudah pasti mengeksploitasi sungai di Tahura untuk penangkaran ikan arwana. Saya bisa pastikan itu, dan itu jelas menyalahi aturan," kata Kepala Seksi Kebakaran Hutan dan Lahan (Dishut) Said Nurjaya di Pekanbaru, Selasa (15/9).

Status Tahura dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Kawasan pelestarian alam tersebut bertujuan untuk tempat koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, serta rekreasi.

"Apa pun yang terdapat dalam kawasan hutan lindung, tidak boleh diekploitasi," ujarnya.

Hal tersebut dikatakan Said terkait adanya penangkaran ikan arwana yang luasannya dikabarkan mencapai puluhan hektare di Tahura. Menurut informasi, aktivitas penangkaran itu sudah berlangsung selama 15 tahun terakhir.

Ia juga mengatakan, kondisi kawasan seluas 6.172 hektar itu sudah sangat memprihatinkan karena sudah banyak berubah fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit. "Akibat maraknya perambahan dan pembukaan lahan untuk kebun sawit, kebakaran tiap tahun selalu melanda Tahura pada musim kemarau," katanya.

Menurut dia, Dishut Riau akan mengajukan dana Rp 52 miliar dana APBD tahun 2010 untuk membiayai pembangunan pagar mengelilingi Tahura sebagai pembatas dengan lahan warga. Jika sudah dipagar, ujarnya, akan diketahui siapa saja pemilik kebun sawit sehingga ke depan akan dilancarkan razia dan operasi khusus di Tahura.

Kamis, 04 Februari 2010

Cerita Tentang Ikan Seharga Rp 500 Juta.

Bagi para pehobi ikan hias tentu sudah tak asing dengan ikan Arwana. Tampilannya anggun dan berwibawa hingga tak heran jika disebut sebagai rajanya ikan hias. Dari berbagai jenis yang ada, Arwana Super Red didaulat sebagai kasta tertinggi Arwana karena keindahan dan mitos yang menyelimutinya.

"Sampai saat ini jenis Super Red yang masih menjadi kasta tertinggi ikan Arwana dan ikan hias lainnya," kata Steven Surya Atmaja dari Arowana Club Indonesia (ACI) saat ditemui Kompas.com di sela-sela pameran reptil dan ikan hias bertajuk Indonesia Pets Plants Aquatic Expo 2009 , di WTC Mangga Dua, Jakarta, Minggu (6/12).

Acara pameran berbagai jenis ikan hias yang diselenggarakan 5-13 Desember ini memang secara khusus menampilkan Arwana sebagai salah satu unggulan di jajaran ikan hias. Jenis Super Red pun menjadi bintang utama dalam pameran tersebut.

Luar Biasa Mahal

Dengan kasta tertinggi itu pula, maka wajar jika harga ikan Arwana terutama jenis Super Red bisa mencapai harga yang dianggap luar biasa mahal bagi orang awam. "Sebagai ikan hias dengan kasta tertinggi maka harganya pun tentu menyesuaikan dengan kualitasnya," kata Steven.

Ia mengungkapkan, dengan tren ikan hias sekarang, harga seekor Arwana Super Red dengan kualitas terbaik bisa mencapai Rp 500 juta. Untuk anakan Super Red yang paling kecil, kata dia, dipasarkan dengan harga berkisar Rp 3,5 juta.

Salah satu Super Red unggulan dari Arowana Club Indonesia pun rencananya akan ditampikan pada 12 Desember mendatang dalam pameran tersebut. "Jenisnya Super Red, dengan warna yang sangat merah mengilap," katanya.

Meski harganya terbilang tak masuk akal, namun Steven mengungkapkan, memelihara ikan Arwana merupakan investasi yang sangat menjanjikan. Bisnis ikan Arwana terutama jenis Super Red sangat tinggi peminatnya terutama di luar negeri. "Para peternak Arwana di Indonesia malah sering kewalahan memenuhi permintaan dari luar negeri. Banyak permintaan dari luar, jadi makin meningkatkan harga jual Arwana," katanya.

Singapura, China, Thailand, Kanada, dan negara-negara di Eropa, sebut Steven, masih jadi pengimpor terbesar Arwana dari Indonesia. "Potensi Arwana di Indonesia diakui masih yang terbaik. Makanya selain jadi hobi, peluang bisnis di Ikan Arwana saya kira sangat menjanjikan," tuturnya.

Perawatan Ekstra

Meski demikian, ia mengatakan, untuk jenis Super Red memang perawatannya agak lebih sulit dengan jenis Arwana lainnya. Jenis Super Red ini bisa dibilang cukup rewel dan sangat riskan sakit jika tak dirawat dengan baik. "Ikan ini istilahnya orang gedongan. Enggak biasa kalau enggak dapat perawatan ekstra," katanya.

Untuk air saja, misalnya, harus dilakukan penggantian air dua kali sepekan. Airnya pun, paparnya, harus air tawar yang sudah diendapkan sehari semalam. "Kalau tidak begitu malah bisa mabuk ikannya," tambahnya. Belum lagi dengan makanannya yang harus mendukung kualitas warnanya.

Steven mengatakan, jenis Super Red harus diberikan jenis pakan yang mengandung beta karoten agar bisa menambah kilau warnanya. "Bisa diberikan udang atau kelabang," terangnya.

Karena itu, lanjut dia, peminat Arwana Super Red kebanyakan dari kelangan yang sudah terjun lama di dunia ikan hias dan sudah paham seluk beluk arwana. "Untuk kalangan pemula sebaiknya bertahap dengan memelihara Arwana Silver dulu. Kalau sudah biasa baru nanti beranjak ke Super Red," jelasnya.

Mitos

Sebagai ikan dengan kasta tertinggi, Arwana Super Red memang sering dikaitkan dengan berbagai mitos seputar keindahannya. Steven mengatakan, sebagian hobiis Arwana percaya, Arwana Super Red bisa mendatangkan kekuasaan dan kewibawaan bagi pemiliknya. Tak heran pula, ujarnya, banyak pejabat pemerintah memiliki Super Red di rumahnya.

"Super Red itu mitosnya membawa kekuasaan dan kewibawaan. Makanya baiknya diletakkan di ruang tamu atau di ruang tunggu tempat usaha," jelasnya.

Steven juga berkisah, seorang ahli metafisika pernah mengatakan bahwa ia bisa melihat sebuah rumah memancarkan cahaya aura bila memiliki Arwana di dalamnya. "Arwana itu bisa memunculkan aura yang baik bagi seluruh penghuni rumah," tandasnya.

Selasa, 02 Februari 2010

Sulitnya Bisnis Monster Fish

kan jenis monster fish merupakan ikan langka yang unik dan belum populer di pasaran. Hampir seluruh monster fish yang ada di Indonesia diimpor dari negara lain terutama negara-negara Afrika atau Amerika Selatan. Hal itulah yang menjadi kendala dalam mengembangkan bisnis monster fish. Demikian yang dituturkan hobiis monster fish yang juga pebisnis monster fish, Hanung dan Kamil saat pameran ikan hias, reptil, dan tanaman, Indonesian Pets Plants Aquatic Expo 2009 yang di gelar di WTC Mangga Dua Jakarta, Sabtu (12/12/2009).

"Masih awam banget ya, banyak yang belum tau, kayak tadi, sering orang bilang ikan kita (monster fish) ikan lele, padahal kan bukan," ujar Hanung.

"Ya nggak banyak ya pedangang yang main ikan monster fish kayak gini. Resikonya gede, biaya impor, ongkos masuk," kata Kamil menambahkan.

Menurut Hanung, tantangan terbesar dalam berbisnis monster fish adalah bagaimana menyosialisasikan kepada masyarakat tentang keberadaannya sebagai ikan yang patut diminati. "Tantangan terbesar membuat masyarakat tahu terhadap ikan ini, kenapa bisa mahal, kenapa bisa langka," ujarnya.

Tantangan lainnya, menurut Hanung adalah mengembangbiakkan monster fish yang cukup sulit dilakukan mengingat sebagian besar ikan ini habitat aslinya bukan di Indonesia. Untuk menyiasatinya, Hanung biasanya melakukan riset keadaan air di habitat asli monster fish seperti suhu asli dan kadar keasaman air terlebih dahulu, untuk kemudian membuat habitat tiruan yang hampir mirip habitat asli.

"Kan masih impor, butuh adaptasi dengan lingkungan lokalnya. Tantangannya bagaimana mengembangkan satu jenis. Biasanya kita riset bagaimana rata-rata suhu di Amazon, keasamannya, kita tiru. Nggak mungkin sama persis sih," ujar Hanung.

Ikan golongan monster fish juga bisa terkena penyakit yang tidak umum, berbeda dengan ikan ternakan. "Karena ikan tangkepan alam, banyak penyakit yang nggak umum kayak ikan ternak biasa. Misalnya penyakit pencernaan. Awalnya gak kelihatan, oh ikan ini sehat. Mungkin gara-gara di tempat penampungan sebelum impor tidak dikasih makan, atau makanannya gak cocok," kata Hanung.

Meskipun banyak tantangannya, bisnis monster fish termasuk bisnis yang menjanjikan. Namun membutuhkan waktu relatif lama untuk sukses, tidak bisa hanya dalam setahun sampai dua tahun. "Bisa dibilang menjanjikan tapi nggak bisa dalam setahun, dua tahun. Harus banyak sosialisasi," imbuh Hanung. Monster fish adalah salah satu golongan ikan hias yang dipamerkan di pameran ikan hias,reptil, dan tanaman, Indonesian Pets Plants Aquatic Expo yang berlangsung 5-13 Desember di WTC Mangga Dua Jakarta.

Senin, 01 Februari 2010

Ikan Albino Lebih Diburu Hobiis

Bagi penggemar ikan hias, ikan yang memiliki kelainan seperti ikan albino yang putih pucat akibat kekurangan pigmen warna justru diburu karena dianggap unik dan langka. Harganya pun jauh lebih mahal dibanding ikan sejenis yang normal. Misalnya saja, seekor monster fish, Lung Fish albino dihargai 12 juta rupiah sementara ikan Lung Fish normal harganya hanya ratusan ribu rupiah.

"Yang paling mahal di sini, Lung Fish albino. Harganya 12 juta. Kalau yang biasa 300 ribu-an," ujar Kamil salah seorang penjual monster fish di pameran ikan hias, reptil, dan tanaman, Indonesian Pets Plants Aquatic Expo 2009 di WTC Mangga Dua, Jakarta, Sabtu (12/12/2009).

Perbedaan harga dari ikan unik dengan ikan normal sangat tinggi karena jumlah Lung Fish albino sangat sedikit. "Dikit banget. Dari satu juta, hanya ada satu yang albino," kata Kamil.

Hanung yang juga hobiis monster fish menambahkan, Lung Fish albino hanya terdapat di Afrika, Amazon dan Australia. Yang paling mahal dan langka adalah Lung Fish albino Australia yang saat ini termasuk hewan yang dilindungi. Lung Fish adalah ikan air tawar pemakan daging. Terlihat di pameran, Lung Fish normal berwarna abu-abu kecoklatan seperti ikan lele yang memiliki sisa kaki dan tangan. Sedangkan Lung Fish albino berwarna putih pucat dengan bola mata berwarna merah.

Menurut Kamil, Lung Fish albino memiliki gangguan penglihatan seperti layaknya manusia albino. Seperti yang diberitakan, dalam Indonesian Pets Plants Aquatic Expo 2009, dipamerkan beragam ikan hias, reptil, dan tanaman hias yang cukup menarik perhatian pengunjung terlihat dari bayaknya pengunjung yang datang.