Cari Uang dari Internet ?, KAD solusinya. PTC Tertua, Terpercaya dan Terbaik Di Indonesia

Popular 1:1 Traffic Exchange

Minggu, 31 Januari 2010

Kehidupan Biota Laut Terancam

Badan konservasi alam dunia di bawah PBB mengingatkan pentingnya Konferensi Perubahan Iklim 2009 menghasilkan kesepakatan yang ambisius. Pengasaman laut akibat kenaikan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer menyebabkan kepunahan spesies biota laut.

Rentetannya, yaitu terancamnya ketahanan pangan dan berdampak serius terhadap perekonomian dunia. Faktanya, pengasaman laut naik 30 persen sejak era industri 250 tahun silam. ”Pengasaman laut dideskripsikan sebagai ’pasangan jahat’ perubahan iklim,” kata Marine Vice Chair IUCN World Commission on Protected Areas Dan Laffoley pada peluncuran laporan The Ocean and Climate Change Tools and Guidelines for Action di Bella Center, Kopenhagen, Denmark.

Biota laut yang terancam di antaranya adalah terumbu karang dan hewan bercangkang, yang merupakan organisme kunci lautan. Terumbu karang menjadi gantungan hidup ratusan ribu spesies, termasuk ikan hias dan ikan komersial, yang banyak memberi penghidupan bagi masyarakat pesisir. Hewan bercangkang berperan penting pada rantai makanan di laut.

Tingginya kadar asam laut menyebabkan karang-karang mati, yang membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk pulih. Apabila itu terjadi, lautan bisa menjadi sumber petaka. Padahal 70 persen luasan dunia terdiri atas laut. Selain itu, hampir 90 persen penduduk dunia bersinggungan dengan laut.

Publikasi penelitian menyebutkan, jika kadar CO di atmosfer terus naik, keasaman air laut akan meningkat 120 persen pada tahun 2060, yang terbesar dalam 21 juta tahun ini. Pada tahun 2100, 70 persen karang laut dingin terpapar air yang bersifat korosif. ”Kelautan harus menjadi salah satu isu utama dalam diskusi,” kata Laffoley.

Selain fakta kebergantungan langsung penduduk dunia terhadap hasil laut, lautan juga menyerap 25 persen CO yang diemisikan setiap tahunnya dan menyuplai oksigen bagi makhluk hidup.

Faktanya, isu kelautan masih belum jadi isu utama negosiasi. Diakui bahwa ada kekurangan data penunjang mengenai peran laut sebagai penyerap karbon. Apalagi untuk laut di kawasan tropis, seperti Indonesia. Sebagian pihak menilainya lebih banyak melepaskan emisi karena pengaruh arus laut dan posisi Matahari. Head of IUCN Marine Programme Carl Gustaf Lundin menyebutkan, saat ini adalah waktu tepat memotong laju emisi dalam jumlah besar.

Tidak ada komentar: